BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Asfiksia neonatorum merupakan suatu keadaan pada bayi baru lahir
yang nmengalami gagal bernafas secara sepontan dan teratur segera setelah
lahir, sehingga bayi tidak dapat memasukan oksigen dan tidak dapat mengeluarkan
zat asam arang dari tubuhnya.
1.2 TUJUAN
UMUM DAN KHUSUS
1.2.1 Tujuan
umum
Diharapakan
seorang bidan dapat memberikan asuhan kebidanan pada bbl dengan asfiksia dengan
menerapkan menejemen varne dan mendokumentasikan secara soap dan menerapkan
secara berkesinambungan.
1.2.2 Tujuan
khusus
Mahasiswi
mampu melakukan pengkajian pada bayi
dengan asfiksia dengan menggumpulkan data subjektif yang berasal dari
pasien dan data objektif dari hasil pemeriksaan.
Mahasiswi
mampu menginterprestasikan data untuk menegakan diagnosa dan masalah kebidanan
pada bayi asfiksia.
1.3 Manfaat
Manfaat dari penyusunan makalah ini yaitu
agar pembaca dapat mengetahui tentang asfiksia neonatorum yang terjadi pada
neonatuskhususnya mengenai devenisi, etiologi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Asfiksia
Neonatorum
2.1 Definisi
Asfiksia neonatorum ialah suatu
keadaan bayi baru lahir yang gagal bernafas secara spontan dan teratur segera
setelah lahir (Hutchinson, 1967) (IKA Jilid 3, hal 1072).
Asfiksia neonatorum adalah keadaan
dimana bayi tidak dapat segera bernafas secara spontan dan teratur setelah
lahir. (Sarwono Prawirohardjo, 2007).
2.2 Etiologi
Penyebab
asfiksia menurut Mochtar (1989) adalah :
1. Asfiksia dalam kehamilan
a. Penyakit infeksi akut
b. Penyakit infeksi kronik
c. Keracunan oleh obat-obat bius
d. Uraemia dan toksemia gravidarum
e. Anemia berat
f. Cacat bawaan
g. Trauma
2. Asfiksia dalam persalinan
1) Kekurangan O2.
a. Partus lama (CPD, rigid serviks dan
atonia/ insersi uteri).
b. Ruptur uteri yang memberat,
kontraksi uterus yang terus-menerus mengganggu sirkulasi darah ke uri.
c. Tekanan terlalu kuat dari kepala
anak pada plasenta.
Prolaps fenikuli tali pusat akan tertekan antara kepaladan panggul.
Prolaps fenikuli tali pusat akan tertekan antara kepaladan panggul.
d. Pemberian obat bius terlalu banyak
dan tidak tepat pada waktunya.
e. Perdarahan banyak : plasenta previa
dan solutio plasenta.
f. Kalau plasenta sudah tua : postmaturitas (serotinus), disfungs
iuteri.
2) Paralisis pusat pernafasan
a. Trauma dari luar seperti oleh
tindakan forceps
b. Trauma dari dalam : akibat obet
bius.
c. Penyebab asfiksia Stright (2004) :
a) Faktor ibu, meliputi amnionitis,
anemia, diabetes hioertensi yang diinduksi oleh kehamilan, obat-obatan
iinfeksi.
b) Faktor uterus, meliputi persalinan
lama, persentasi janin abnormal.
c) Faktor plasenta, meliputi plasenta
previa, solusio plasenta, insufisiensi plasenta.
d) Faktor umbilikal, meliputi prolaps
tali pusat, lilitan tali pusat.
e) Faktor janin, meliputi disproporsi
sefalopelvis, kelainan kongenital, kesulitan kelahiran.
3) Patofisiologi dan Klasifikasi
Pernafasan spontan bayi baru lahir
bergantung pada kondisi janin pada masa kehamilan dan persalinan. Proses
kelahiran selalu menimbulkan asfiksia ringan yang bersifat sementara pada bayi
(asfiksia transien). Fungsinya untuk merangsang kemoreseptor pusat pernafasan
agar terjadi “primary grasping” kemudian berlanjut dengan pernafasan
teratur (james, 1958).
Gangguan pertukaran gas atau
pengangkutan oksigen selama kehamilan atau persalinan akan terjadi asfiksia
yang lebih berat. Keadaan ini akan mempengaruhi fungsi sel tubuh dan bila tidak
teratasi akan menyebabkan kematian. Fungsi ini dapat reversible atau tidak bergantung
kepada berat dan lamanya asfiksia (Caldeyro – Barcia, 1968).
Observasi klinis yang tampak pada
bayi asfiksia dimulai dengan suatu periode apnu (“primary apnoe”) disertai
dengan penurunan frekuensi jantung. Selanjutnya bayi akan memperlihatkan usaha
nafas (“grasping”) kemudian diikuti oleh pernafasan teratur. Pada penderita
asfiksia berat, usaha bernafas tidak tampak dan bayi selanjutnya berada dalam
periode apnu kedua (“secondary apnu”).Pada tingkat ini disamping bradikardia
ditemukan pula penurunan tekanan darah. Pada tingkat selanjutnya akan terjadi
penurunan kardiovaskuler yang disebabkan oleh beberapa keadaan di antaranya :
a. Hilangnya sumber glikogen dalam
jantung akan mempengaruhi fungsi jantung.
b. Terjadinya
asidosis metabolik akan mengakibatkan menurunnya sel jaringan, termasuk otot jantung, sehingga
menimbulkan kelemahan jantung.
c. Pengisian udara alveolus yang kurang
adekuat akan menyebabkan tetap tingginya resistensi pembuluh darah paru,
sehingga sirkulasi darah ke paru dan sistem sirkulasi tubuh lain akan mengalami
gangguan.
Asidosis
dan gangguan kardiovaskuler yang terjadi dalam tubuh berakibat buruk terhadap
sel otak.Kelainan ini menimbulkan kematian atau gejala sisa pada kehidupan bayi
selanjutnya.
Maclaurin
(1970), menggambarkan perubahan yang penting dalam tubuh selama proses asfiksia
yang perlu mendapat perhatian yaitu :
a) Menurunnya tekanan O2
darah (PaO2)
b) Meningginya tekanan CO2
darah (PaO2)
c) Menurunnya pH (akibat asidosis
respiratorik dan metabolik)
d) Dipakainya sumber glukogen tubuh untuk
metabolisme anaerobic.
e) Terjadinya perubahan sistem
kardiovaskuler.
Virginia
Apgar (1953, 1958), mengusulkan beberapa kriteria klinis untuk menentukan
keadaan bayi baru lahir. Patokan klinis yang dinilai :
a) Menghitung frekuensi jantung
b) Melihat usaha nafas
c) Menilai tonus otot
d) Menilai refleksi rangsangan
e) Memperhatikan warna kulit
Setiap
kriteria diberi angka tertentu dan penilaian itu sekarang lazim disebut skor
apgar.Skor apgar biasanya dinilai 1 menit setelah bayi lahir lengkap, yaitu
saat bayi telah diberi lingkungan yang baik serta telah dilakkan penghisapan
lendir dengan sempurna. Tujuan sebagai pedoman untuk menentukan cara
resusitasi. Skor apgar perlu pula dinilai setelah 5 menit bayi lahir, karena
hal ini mempunyai korelasi yang erat dengan morbiditas dan mortalitas neonatus.
Tabel Skor
Apgar
Tanda
|
0
|
1
|
2
|
Frekuensi jantung
|
Menurun
|
Kurang dari 100/menit
|
Lebih dari 100/menit
|
Usaha bernafas
|
Lambat
|
Lambat, tidak teratur
|
Menangis lemah
|
Tonus otot
|
Baik
|
Ekstremitas fleksi sedikit
|
Gerakan kurang aktif
|
Refleks
|
Ada
|
Gerakan sedikit
|
Menangis
|
Warna
|
Biru/pucat
|
Tubuh kemerahan, ekstremitas biru
|
Tubuh dan ekstre-mitas kemerahan
|
Dalam
menghadapi bayi dengan asfiksia berat, penilaian cara ini kadang-kadang
membuang waktu dan dalam hal ini dianjurkan untuk menilai secara tepat
(Pediatric’s Staff Roy, Wom, Hosp. Aust, 1976) :
a) Menghitung frekuensi jantung dengan
cara meraba xitisternum atau umbilikalis dan menentukan apakah jumlahnya lebih
atau kurang dari 100/menit.
b) Menilai tonus otot apakah
baik/buruk.
c) Melihat warna kulit.
Atas
dasar pengalaman klinis di atas, asfiksia neonaturum dapat dibagi dalam:
a)
‘Vigorous baby’,
skor apgar = 7-10.
Dalam hal ini bayi dianggap sehat
dan tidak memerlukan tindakan istimewa.
b)
‘Mild-moderate asphyxia’
(asfiksia sedang).
Skor apgar = 4-6. Pada pemeriksaan
fisis akan terlihat frekuensi jantung lebih dari 100/menit, tonus otot kurang
baik atau baik, sianosis, reflek iritabilitas tidak ada.
c)
Asfiksia berat. Skor apgar = 0-3.
pada pemeriksaan fisis ditemukan
frekuensi jantung kurang dari 100/menit, tonus otot buruk, sianosis berat dan
kadang-kadang pucat, refleks iritabilitas tidak ada.
d) Asfiksia
berat dengan henti jantung.
Dimaksudkan dengan henti jantung
ialah keadaan :
a. Bunyi jantung terus menghilang tidak
lebih dari 10 menit sebelum lahir lengkap.
b. Bunyi jantung bayi menghilang post
partum.
4) Penatalaksanaan
Tujuan utama mengatasi asfiksia
neonaturum ialah untuk mempertahankan kelangsungan hidup bayi dan membatasi
gejala sisa (sekuele) yang mungkin timbul di kemudian hari.Tindakan yang
dikerjakan pada bayi lazim disebut resusitasi bayi baru lahir.
Sebelum
resusitasi dikerjakan, perlu diperhatikan bahwa :
a. Faktor waktu sangat penting. Makin
lama bayi menderita asfiksia, perubahan homeostatis yang timbul makin berat,
resusitasi akan lebih sulit dan kemungkinan timbulnya sekuele akan meningkat.
b. Kerusakan yang timbul pada bayi
akibat anoksia/hipoksia antenatal tidak dapat diperbaiki, tetapi kerusakan yang
akan terjadi karena anoksia atau hipoksia pascanatal harus dicegah dan diatasi.
c. Riwayat kehamilan dan partus akan
memberikan keterangan yang jelas tentang faktor penyebab terjadinya depresi
pernafasan pada bayi baru lahir.
d. Penilaian bayi baru lahir perlu
dikenal baik, agar resusitasi yang dilakukan dapat dipilih dan ditentukan
secara adekuat.
Prinsip dasar resusitasi yang perlu
diingat ialah :
a. Memberikan lingkungan yang baik pada
bayi dan mengusahakan saluran pernafasan tetap bebas serta merangsang timbulnya
pernafasan, yaitu agar oksigenasi dan pengeluaran CO2 berjalan lancar.
b. Memberikan bantuan pernafasan secara
aktif pada bayi yang menunjukkan usaha pernafasan lemah.
c. Melakukan koreksi terhadap asidosis
yang terjadi.
d. Menjaga agar sirkulasi darah tetap
baik.
2.3 Cara resusitasi :
Terbagi
atas tindakan umum dan tindakan khusus
a. Tindakan umum
1. Pengawasan suhu
Bayi baru lahir secara relatif
banyak kehilangan panas diikuti penurunan suhu tubuh (Miller dan Oliver,
1966).Perlu diperhatikan agar bayi mendapat lingkungan yang baik segera setelah
lahir.Harus dicegah/dikurangi kehilangan panas dari kulit, misalnya pemakaian
sinar lampu dan pengeringan tubuh bayi untuk mengurangi evaporasi.
2. Pembersihan jalan nafas
Saluran nafas bagian atas segera
dibersihkan dari lendir dan cairan amnion, perlu diperhatikan saat itu letak
kepala harus lebih rendah untuk memudahkan dan melancarkan keluarnya
lendir.Lendir kental yang melekat di traken dan sulit dikeluarkan dengan
pengisapan biasa, dapat diguanakan laringoskop neonatal, terutama pada bayi
dengan kemungkinan infeksi.
3. Rangsangan untuk menimbulkan
pernafasan
Bayi yang tidak memperlihatkan usaha
bernafas 20 detik setelah lahir dianggap sedikit banyak telah menderita depresi
pusat pernafasan (Hall, 1969). Pengisapan lendir dan cairan amnion yang
dilakukan melalui nasofaring akan menimbulkan rangsangan pernafasan. Pengaliran
O2 yang cepat ke dalam mukosa hidung dan faring dapat pula
merangsang refleks pernafasan.Rangsangan nyeri pada bayi dapat ditimbulkan
dengan memukul kedua telapak kaki bayi, menekan tendon Achiller atau memberikan
suntikan vitamin K terhadap bayi tertentu.Hindari pemukulan di daerah bokong
atau punggung bayi untuk mencegah timbulnya perdarahan alat dalam (James dan
Apgar, 1966).
b. Tindakan khusus
Dikerjakan disesuaikan dengan
beratnya asfiksia yang timbul pada bayi yang dimanifestasikan oleh tinggi
rendahnya skor apgar.
1. Asfiksia berat (skor apgar 0-3)
Resusitasi aktif dalam hal ini harus
segera dikerjakan.Langkah utama yaitu ventilasi paru dengan memberikan O2
dengan tekanan inter-miten.Cara terbaik dengan melakukan intubasi endotrakeal. Setelah kateter diletakkan dalam
trakea, O2 diberikan dengan tekanan tidak lebih dari 30 cm H2O.keadaan
asfiksia berat ini hampir selalu disertai asidosis yang membutuhkan koreksi
segera. Bikarbonas natrikus diberikan dengan dosis 2-4 mEq/kg BB.Diberikan pula
glukosa 15-20% dengan dosis 2-4 ml/kg BB.Pemberian kedua obat tersebut secara
intravena melalui vena umbilikalis.
Asfiksia berat dengan disertai henti
jantung:tindakan
yang dilakukan sesuai dengan penderita asfiksia berat, hanya dalam hal ini
disamping pemasangan pipa endotrakeal, segera pula dilakukan massase jantung
ekstrenal.
2. Asfiksia sedang (skor 4-6)
Dengan melakukan stimulasi agar
timbul refleks pernafasan.Bila dalam waktu 30-60 detik tidak timbul pernafasan
spontan, ventilasi aktif harus segera dimulai.Ventilasi aktif yang sederhana
dapat dilakukan secara “frog breathing”. Cara ini dikerjakan dengan meletakkan
kateter O2 intranasal dan O2 dialirkan dengan
aliran 1-2 per menit. Agar saluran nafas bebas bayi diletakkan dalam posisi
dorsofleksi kepala.Secara ritmis dilakukan gerakan membuka dan menutup nares
dan mulut, disertai gerakan dagu ke atas dan ke bawah dalam frekuensi 20
kali/menit.Bila bayi memperlihatkan gerakan pernafasan spontan, usahakanlah
mengikuti gerakan tersebut.Ventilasi ini dihentikan bila setelah 1-2 menit
tidak dicapai hasil yang diharapkan.
Ventilasi ini dikerjakan dengan 2
cara yaitu ventilasi mulut ke mulut atau ventilasi kantong ke masker. Sebelum
ventilasi dikerjakan ke dalam mulut bayi dimasukkan “plastic pharyngeal airway”
yang berfungsi mendorong pangkal lidah ke depan agar jalan nafas tetap berada
dalam keadaan bebas. Pada ventilasi mulut ke mulut, sebelumnya mulut penolong
diisi dulu dengan O2 sebelum melaku-kan peniupan.Ventilasi dilakukan
secara teratur dengan frekuensi 20-30 kali/menit dan diperhatikan gerakan
pernafasan spontan yang mungkin timbul.Bila tindakan ini tidak berhasil maka
bayi diperlakukan sebagai penderita asfiksia berat.
BAB III
MANAGEMENT ASUHAN KEBIDANAN PADA
NEONATUS
“ASFIKSIA NEONATORUM”
Tanggal Masuk :
13-12-2012 Jam : 10.00 WIB
Ruangan : No.
MR :
Tgl. Pengkajian :
13-12-2012 Dikaji o/
MHS : Kelompok 2
1. Pengkajian
A. IDENTITAS
Nama bayi : bayi Y
Umur bayi : 0 jam
Tgl/jam/lahir : 13-12-2012 / 10.00 wib
Jenis kelamin : perempuan
Berat badan : 2900 gram
Panjang badan : 49 cm
Nama Ibu :Ny.
A
Umur :
24 Tahun
Suku Bangsa :Jawa/Indonesia
Agama :
Islam
Pendidikan :SMK
Pekerjaan : IRT
Alamat :
Jl. Kutilang
Nama Ibu :Tn. R
Umur :
24 Tahun
Suku Bangsa :Jawa/Indonesia
Agama :
Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat :
Jl. Kutilang
B. ANAMNESA
1. Riwayat
selama kehamilan
Penrdarahan : tidak ada
Preeklamsia : tidak ada
Eklamsia :
tidak ada
Penyakit kelamin : tidak ada
2. Riwayat
persalinan sekarang
Kelahiran tunggal/ganda : tunggal
Jenis persalinan : normal
Ditolong oleh : bidan
Ketuban pecah : jernih
Keadaan dan jumlah air ketuban : ± 1200 cc
Plasentanya lahir : lengkap
Tali pusat :
normal, ±50 cm
Komplikasi persalinan
Ibu : tidak ada
Janin : trauma jalan lahir
C. Pemerikasaan
fisik
1. Pemeriksaan
khusus
Apakah
air ketuban jernih bercampur meconium: jernih
Apakah
bayi bernafas spontan : tidak
Apakah
kulit bayi berwarna membiru : ya
Apakah
tonus/kekuatan bayi cukup :
tidak ada
Apakah
ini kehamilan cukup bulan :
ya
Sidik telapak kaki kiri bayi
|
Sidik telapak kaki kanan bayi
|
|
|
2. Pemeriksaan
umum
a. Keadaan
umum : kurang baik
b. Kesadaran : composmentis
c. Tanda-tanda
vital
Nadi :
90x/I
Suhu :
37.1°C
Pernafasan :
30x/i
LK
: 36 cm
BB :
2000 gram
LD :
34 cm
3. Pemeriksaan
umum secara sistemis
a. Kepala : normal
b. Muka : membiru
c. Mata : simetris +/+
d. Telinga : simetris +/+
e. Mulut : bersih
f. Hidung : simetris +/+, tidak ada polip
g. Leher : normal
h. Dada : megap-megap
i. Perut : normal
j. Tali
pusat : normal
k. Punggung
: normal
l. Ekstremitas: aktif
m. Genitalia : normal
n. Kulit : terlihat membiru
4. Refleks
a. Reflek
moro/terkejut : tidak ada
b. Reflek
rooting/ : tidak ada
c. Reflek
sucking/menghisap : tidak ada
d. Reflek
grasping/berjalan : tidak ada
e. Reflek
tonik neck/leher : tidak ada
f. Reflek
staping : tidak
ada
g. Reflek
babin sky :
tidak ada
5. Antropometri
a. Lingkar
kepala : 36 cm
b. Lingkar
dada : 34 cm
c. Lingkar
lengan atas : 12 cm
d. Berat badan :
2000 gram
e. Panjang
badan : 49 cm
6. Eliminasi
a. Urine : -
b. Meconium : -
D. PEMERIKSAAN
PENUNJANG
Resususitasi asfiksia
A : Diagnosa : Bayi Y umur 0 jam dengan asfiksia
neeonaturum
Dasar : Lahir dengan trauma jalan lahir
Tanggal 13
Desember 2012 , pukul 10.00 wib dengan umur kehamilan 40 minggu BB : 2000 gram
PB :
49 cm, LK/LD : 36/34 cm
Pernafasan
30x/i
Masalah : asfiksia neonaturum berat
Dasar : bayi dengan membiru
Masalah Potensial :
·
Kehilangan nafas
P :
1. Informasikan
hasil pemeriksaan kepada orang tua
2. Lakukan
resusitasi pada bayi
3. Kolaborasi
dengan dokter Sp.A mengenai terapi dan tidakan yang diberikan.
4. Rawat
bayi dalam incubator.
5. Observasi
KU dan TTV setiap 1menit dan jika
dirasakan KU bayi berubah.
BAB
IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Asfiksia merupakan suatu keadaan pada bayi baru lahir
yang mengalami gagal bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir sehingga
bayi tidak dapat memasukkan oksigen dan tidak dapat mengeluarkan zat asam arang
dari tubuhnya.
Asfiksia terbagi menjadi 3 bagian yaitu :
1. Berat
2. Sedang
3. Ringan
4.2 Saran
Sebaiknya
kita sebagai mahasiswa kebidanan harus mempelajari tentang asuhan kebidanan
pada neonatus bayi dan balita dengan resiko tinggi khususnya asfiksia
neonatorum sebagai bekal ilmu pengetahuan ketika kita terjun di masyarakat dan
semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca.
DAFTAR
PUSTAKA
Nanny Lia Dewi, Vivian. 2012. Asuhan neonates bayi dan balita. Jakarta
: Salemba medika.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar