BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Terdapat dua macam penatalaksanaan hiperglikemia yang
sedang berkembang pada pasien dalam keadaan kritis, yaitu kontrol glukosa
konvensional (conventional glycemic control), dimana insulin digunakan
setelah KGD melewati ambang batas tertentu (kebanyakan menggunakan angka ≥ 200
mg/dL, pada anak diambil angka ≥150 mg/dL, pada neonati > 250 mg/dL) dan
kontrol glukosa intensif (tight glycemic control), dimana dilakukan
pemberian insulin saat KGD melebihi batas nilai normal (≥126 mg/dL).
Suatu studi yang dilakukan terhadap pasien UPI Dewasa
mendapatkan infus insulin intensif secara signifikan menurunkan morbiditas
namun tidak mortalitas pada pasien UPI. Peneltian lain yang dikenal
dengan NICE SUGAR study, menyatakan kontrol glukosa intensif dengan
target gula darah ≤ 180 mg/dL menyebabkan mortalitas yang lebih rendah
dibandingkan dengan target gula darah 81 sampai 180 mg/dL.
Satu studi menyimpulkan pemberian insulin yang meningkat
berhubungan positif dengan kematian, dimana kematian tersebut berhubungan
dengan hipoglikemia. Penelitian lain menyatakan peningkatan risiko komplikasi
yang berhubungan dengan hipoglikemia pada pasien kritis dengan sepsis yang
diberikan terapi insulin intensif. Penelitian ini bahkan dihentikan untuk alasan
keamanan.
1.2 Tujuan Penulis
1. Mampu
menjelaskan pengertian hiperglikemia pada neonatus
2. Penyebab
dari hiperglikemia pada neonatus
3. Tanda
dan gejala hiperglikemia pada neonatus
4. Dampak
dan komplikasi hiperglikemia pada neonatus
5. Cara
pengobatan hiperglikemia pada neonatus
BAB II
PEMBAHASAN
HIPERGLIKEMIA
2.1 Pengertian Hiperglikemia
Hiperglikemia merupakan keadaan peningkatan glukosa
darah dari pada rentang kadar puasa normal 80–90 mg / dl darah, atau rentang
non puasa sekitar 140–160 mg /100 ml darah (Elizabeth J. Corwin, 200).
2.2 Etiologi
1. Penyebab tidak diketahui dengan pasti tapi umumnya diketahui kekurangan
insulin adalah penyebab utama dan faktor herediter yang memegang peranan
penting.
2. Yang lain akibat pengangkatan pancreas, pengrusakan secara kimiawi sel beta
pulau langerhans.
3. Faktor predisposisi herediter, obesitas.
4. Faktor imunologi; pada penderita hiperglikemia khususnya DM terdapat bukti
adanya suatu respon autoimun. Respon ini mereupakan repon abnormal dimana
antibody terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap
jaringan tersebut yang dianggap sebagai jaringan asing.
2.3 Manifestasi Klinik
a) Gejala awal umumnya yaitu (akibat tingginya kadar glukosa darah) polipagi,
polidipsi, dan poliuri.
b) Kelainan kulit, gatal-gatal, kulit kering.
c) Rasa kesemutan, kram otot.
d) Visus menurun.
e) Penurunan berat badan.
f) Kelemahan tubuh dan luka yang tidak sembuh-sembuh.
2.4 Komplikasi Hiperglikemia
Dibagi
menjadi 2 kategori yaitu :
a. Komplikasi
akut
1. Komplikasi
metabolic
a) Ketoasidosis
diabetic
b) Koma
hiperglikemik hiperosmoler non ketotik
c) Hipoglikemia
d) Asidosis
laktat
2. Infeksi
berat
b. Komplikasi
akut
1. Komplikasi
vaskuler
a) Makrovaskuler
: PJK, stroke, pembuluh darah perifer
b) Mikrovaskuler
: retinopati, nefropati
2. Komplikasi
neuropati
Neuropati sensorimotorik, neuropati otonomik
gastroporesis, diare, diabetic, buli-buli neurogenik, impotensi, gangguan
reflex kardiovaskuler.
3. Campuran
vascular neuropati
a) Ulkus kaki
4. Komplikasi
pada kulit
2.5 Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis dapat dibuat dengan gejala-gejala diatas + GDS > 200 mg%
(Plasma vena). Bila GDS 100–200 mg%, maka perlu pemeriksaan toleransi glukosa
oral. Kriteria baru penentuan diagnostic DM menurut ADA menggunakan GDP >
126 mg/dl. Pemeriksaan lain yang perlu diperhatikan pada pasien DM adalah :
a. Hb
b. Gas darah
arteri
c. Insulin
darah
d. Elektrolit
darah
e. Urinalisis
f. Ultrasonografi
2.6 Penatalaksanaan
Tujuan utama terapi Hiperglikemia adalah mencoba
menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dan upaya mengurangi
terjadinya komplikasi vaskuler serta neuropati.
Ada 4 komponen dalam penatalaksanaan hiperglikemia :
a. Diet
1.
Komposisi makanan :
a.
Karbohidrat = 60–70%
b.
Protein 10–15%
c.
Lemak 20–25%
2.
Jumlah kalori perhari
a.
Antara 1100–2300 kkal
b.
Kebutuhan kalori basal : laki-laki : 30 kkal/kg BB,
Perempuan : 25 kkal/kg BB
3.
Penilaian status gizi
BB
BBR = x 100 %
TB – 100
Kurus : BBR 110%
Obesitas bila BBRR > 110%
Obesitas ringan 120 – 130%
Obesitas sedang 130 – 140%
Obesitas berat 140 – 200%
Obesitas morbit > 200%
Jumlah kalori yang diperlukan sehari untuk penderita
DM yang bekerja biasa adalah :
Kurus : BB x 40 – 60 kalori / hari
Normal (ideal) : BB x 30 kalori / hari
Gemuk : BB x 20 kalori / hari
Obesitas : BB x 10 – 15 kalori / hari.
b. Latihan
Jasmani
c. Penyuluhan
Dilakukan pada kelompok resiko
tinggi; umur diatas 45 tahun, kegemukan lebih dari 120% BB idaman atau IMT >
27 kg/m, hipertensi > 140/90 mmHg, riwayat keluarga DM, dislipidemia, HDL
250 mg/dl, parah TGT atau GPPT (TGT : > 140 mg/dl – 2200 mg/dl), glukosa
plasma puasa derange / GPPT : > 100 mg/dl dan < 126 mg/dl).
d. Obat
berkaitan hiperglikemia
2.7 Pengkajian Keperawatan
a. Aktivitas/istirahat
b. Sirkulasi
c.
Integritas ego
d. Eliminasi
e. Makanan/cairan
f. Neurosensori
g. Nyeri/kenyamanan
h.
Pernapasan
i.
Keamanan
j.
Seksualitas
k.
Penyuluhan/pembelajaran
2.8 Pemeriksaan Diagnostik
a. Glukosa darah ; meningkat 200 – 100 mg/dl, atau lebih
b. Aseton plasma ; Positif secara mencolok.
c. Asam lemak bebas : Kadar lipid dan kolesterol meningkat.
d. Osmolalitas serum : Meningkat tetapi biasanya kurang dari 330 mOsm/l.
e. Elektrolit :
Natrium : Mungkin normal, meningkat atau menurun.
Natrium : Mungkin normal, meningkat atau menurun.
Kalium Normal atau peningkatan semu
(perpindahan seluller), selanjutnya akan menurun.
Fospor : Lebih sering menurun.
f. Hemoglobin glikosilat : Kadarnya meningkat 2-4 kali lipat dari normal yang
mencerminkan kontrol DM yang kurang selama 4 bulan terakhir (lama hidup SDM)
dan karenanya sangat bermanfaat dalam membedakan DKA dengan kontrol tidak
adekuat Versus DKA yang berhubungan dengan insiden.
g. Glukosa darah arteri : Biasanya menunjukkan pH rendah dan penurunan pada
HCO3 (asidosis metabolik) dengan kompensasi alkalosis respiratorik.
h. Trombosit darah : Ht mungkin meningkat (dehidrasi), leukositiosis,
hemokonsentrasi, merupakan respon terhadap stress atau infeksi.
i.
Ureum / kreatinin : mungkin meningkat
atau normal (dehidrasi/penurunan fungsi ginjal).
j.
Amilase darah : Mungkin meningkat yang
mengindikasikan adanya pankretitis akut sebagai penyebab dari DKA.
k. Insulin darah : Mungkin menurun / bahkan samoai tidak ada (pada tipe 1)
atau normal sampai tinggi (tipe II) yang mengindikasikan insufisiensi
insulin/gangguan dalam penggunaannya (endogen/eksogen). Resisiten insulin dapat
berkembang sekunder terhadap pembentukan antibodi. (auto antibodi).
l.
Pemeriksaan fungsi tiroid : peningkatan
aktifitas hormon tiroid dapat meningkatkan glukosa darah dan kebutuhan akan
insulin.
m. Urine : Gula dan aseton positif; berat jenis dan osmolalitas mungkin
menigkat.
n. Kultur dan sensitivitas : Kemungkinan adanya infeksi pada saluran kemih,
infeksi pernapasan dan infeksi pada luka.
2.9 Diagnosa Keperawatan Yang Sering Muncul
a.
Kekurangan volume cairan
b.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh
c.
Risiko tinggi terhadap infeksi
d.
Risiko tinggi terhadap perubahan
persepsi sensori
e.
Kelelahan
f.
Ketidakberdayaan
g.
Kurang pengetahuan (belajar) mengenai
penyakit, prognosis, dan kebutuhan pengobatan.
BAB III
MANAGEMENT
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR
BAB IV
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Hiperglikemia merupakan keadaan peningkatan glukosa darah dari pada rentang
kadar puasa normal 80–90 mg / dl darah, atau rentang non puasa sekitar 140–160
mg /100 ml darah (Elizabeth J. Corwin, 200).
Hiperglikemia pada neonatus dapat menyebabkan kelainan kulit, gatal-gatal,
kulit kering, rasa kesemutan, kram otot, visus menurun, penurunan berat badan,
kelemahan tubuh dan luka yang tidak sembuh-sembuh.
DAFTAR PUSTAKA
mana daftar pustakanya?
BalasHapus